Selasa, 02 Oktober 2007

Mahasiswa dan Pilkada

Ikuti dan Rasakan Hentakan Kami....

Pesta demokrasi rakyat Kalbar, yang akan dilaksanakan pada awal bulan November ini sudah terasa dekat sekali gaungnya. Bukan hanya dari suara kampanye, tarik menarik massa sampai pemanfaatan apa yang bisa dijadikan cara untuk memenangkan pertandingan sudah diasah. Asahannya lebih tajam, dari sebelum penentuan nomor calon pada 24 Oktober lalu. Karena pada tanggal tersebut, baru mengetahui peta kekuatan melalui nomor peruntungan pada nomor calon.
kali ini masing-masing calon yang ada di Kalbar sudah semakin memasang taji, meski terdapat kabar ada beberapa calon yang mulai membatasi kampanye atau turun ke daerah, karena keterbatasan dana. Tapi, ada juga beberapa calon yang semakin keukuh memproklamirkan diri untuk pantas menjadi gubernur. sebaliknya, malah ada calon yang hanya "menjaga kampung" saja biar suaranya tidak pergi kemana-mana.
ya...,masing-masing gelagat sudah ditampilkan oleh para calon gubernur yang berjumlah 4 orang di periode ini. pertarungan dimulai, berbagai strategi dan langkah antisipasi dilakukan untuk memenangankan pertarungan.
Alat yang paling rentan dan efektif digunakan untuk memenangkan pertarungan dalam Pilkada Kalbar kali ini adalah mahasiswa, lantaran memang kaum intelektual tersebut di daerah Kalbar masih mendapakat angin segar apabila berhubungan dengan khalayak ramai seperti masyarakat. Sehingga tak mengherankan lagi, peluang tersebut dimanfaatkan oleh tim sukses untuk merasuki doktrin calon terbaik yang harus dipilih adalah ini dan bukan yang itu.
sementara mahasiswa yang digunakan sebagai alat, secara tidak sadar dan tidak mengetahui bahwa mereka telah dimanfaatkan. meski pada saat awal gabung dalam tim sukses atau tim independent bermotivasi mencari uang tambahan saja, namun tatkala ujungnya untuk memenangkan satu calon namanya juga tetap sebagai alat untuk memenangkan satu calon.
Hanya saja, bedanya mahasiswa tidak secara terang-terangan mendukung calon ini di didepan masyarakat, namun mahasiswa tersebut berupaya bahkan bisa dikata sangat, untuk memenangkan calon yang telah memberinya duit makan dan transport ke daerah melalui cara yang sopan dan halus namun merusak nama dan pamor mahasiswa. para mahasiswa di setting untuk ke lapangan, memberika penyadaran berupa pengarahan dengan menyerap aspirasi masyarakat, lalu menggiring pada suatu suara gubernur yang mampu melakukan atau mengatasi masalah masyarakat tersebut.
Kalau mau dianalisia, kenapa mahasiswa bisa terjun ke politik praktis tersebut? memang banyak alasan yang dapat dikatakan, namun paling mendasar; diantaranya berupa motivasi uang dan jaringan yang kelak diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk memenyambung hidup setelah selesai kuliah.
Saya, selaku penulis tidak bisa mengatakan mahasiswa itu salah karena telah terjebak dalam arena pemanfaatan yang berujung pada politik praktis. meski, dibumbui dengan sedikit suasana keilmiahan yang tanpa ditunjang data valid, mahasiswa sudah percaya. karena memang, banyak motivasi yang ada di sana, bisa berupa jabatan hingga tawaran hidup bergelimang kemewahan.
namun, saya ingin menekankan bahwa posisi mahasiswa sebagai kelompok yang saat ini harus dan wajib netral di Pilgub Kalbar, jika sudah terkontaminasi. siapakah lagi yang akan memposisikan diri sebagai agen kontrol dan perubahan, jika dibelakang nama sudah menempel baju politik dan segala macam kepentingan.
Sangat disayangkan juga, jika dengan uang ratusan ribu saja mahasiswa sudah rela untuk melacurkan dirinya untuk kepentingan satu calon, dengan topeng memberikan pencerahan kepada masyarakat yang pada dasarnya untuk memenangkan satu calon saja. Besar harapannya, supaya mahasiswa dapat sadar, apa dan bagaimana yang namanya pemanfaatan, meski menggunakan dalil pertolongan ataupun inilah takdir dsb, namun jika sudah mengarah pada pemanfaatan tetaplah namanya memanfatakan. sehingga, jangan terlalu terperosok dalam janji manis tim sukses yang memang sudah memiliki ilmu tingkat tinggi untuk memenangkan calon yang diusung, tidak peduli apakah itu mengadudomba antara mahasiswa dan mahasiswa, ataupun memanfaatkan mahasiswa untuk membodhkan masyarakat dalam label pencerahannya.